I. PENDAHULUAN
Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi dalam suatu pemahaman yang sederhana dapat didefinisikan sebagai satu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Para pemakai biasanya tergabung dalam suatu entitas organisasi formal, seperti Departemen atau Lembaga suatu Instansi Pemerintahan yang dapat dijabarkan menjadi Direktorat, Bidang, Bagian sampai pada unit terkecil dibawahnya. Informasi menjelaskan mengenai organisasi atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang dan apa yang mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang tentang organisasi tersebut. Sistem informasi memuat berbagai informasi penting mengenai orang, tempat, dan segala sesuatu yang ada di dalam atau di lingkungan sekitar organisasi. Informasi sendiri mengandung suatu arti yaitu data yang telah diolah ke dalam suatu bentuk yang lebih memiliki arti dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Data sendiri merupakan fakta-fakta yang mewakili suatu keadaan, kondisi, atau peristiwa yang terjadi atau ada di dalam atau di lingkungan fisik organisasi. Data tidak dapat langsung digunakan untuk pengambilan keputusan, melainkan harus diolah lebih dahulu agar dapat dipahami, lalu dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan. Informasi harus dikelola dengan baik dan memadai agar memberikan manfaat yang maksimal. Penerapan sistem informasi di dalam suatu organisasi dimaksudkan untuk memberikan dukungan informasi yang dibutuhkan, khususnya oleh para pengguna informasi dari berbagai tingkatan manajemen. Sistem informasi yang digunakan oleh para pengguna dari berbagai tingkatan manajemen ini biasa disebut sebagai: Sistem Informasi Manajemen. Sistem informasi mengandung tiga aktivitas dasar di dalamnya, yaitu:
aktivitas masukan (input), pemrosesan (processing), dan keluaran (output). Tiga aktivitas dasar ini menghasilkan informasi yang dibutuhkan organisasi untuk pengambilan keputusan, pengendalian operasi, analisis permasalahan, dan menciptakan produk atau jasa baru. Masukan berperan di dalam pengumpulan bahan mentah (raw data), baik yang diperoleh dari dalam maupun dari lingkungan sekitar organisasi. Pemrosesan berperan untuk mengkonversi bahan mentah menjadi bentuk yang lebih memiliki arti. Sedangkan, keluaran dimaksudkan untuk mentransfer informasi yang diproses kepada pihak-pihak atau aktivitasaktivitas yang akan menggunakan. Sistem informasi juga membutuhkan umpan balik (feedback), yaitu untuk dasar evaluasi dan perbaikan di tahap input berikutnya. Dewasa ini, sistem informasi yang digunakan lebih berfokus pada sistem informasi berbasis komputer (computer-based information system). Harapan yang ingin diperoleh di sini adalah bahwa dengan penggunaan teknologi informasi atau sistem informasi berbasis komputer, informasi yang dihasilkan dapat lebih akurat, berkualitas, dan tepat waktu, sehingga pengambilan keputusan dapat lebih efektif dan efisien. Meskipun sistem informasi berbasis komputer menggunakan teknologi komputer untuk memproses data menjadi informasi yang memiliki arti, ada perbedaan yang cukup tajam antara komputer dan program komputer di satu sisi dengan sistem informasi di sisi lainnya. Komputer dan perangkat lunak komputer yang tersedia merupakan fondasi teknis, alat, dan material dari sistem informasi modern. Komputer dapat dipakai sebagai alat untuk menyimpan dan memproses informasi. Program komputer atau perangkat lunak komputer merupakan seperangkat instruksi operasi yang mengarahkan dan mengendalikan pemrosesan informasi.
II. BAHASAN
5.1 Dasar Perencanaan Sistem Informasi Berbasis Komputer
Implementasi sistem informasi berbasis komputer merupakan aktivitas yang berskala luas yang melibatkan orang dan fasilitas yang banyak, uang dan peralatan dalam jumlah yang besar, dan waktu yang panjang.
Perencanaan Sistem Informasi Berbasis Komputer juga mempunyai manfaat, yaitu:
* Memberikan dasar pengontrolan.
* Mendefinisikan lingkup proyek;
* Mengatur urutan tugas;
* Mengetahui bidang masalah yang potensial
5.2 Siklus Hidup Sistem
Fase Perencanaan :
1.Menyadari masalah.
2.Mendefinisikan masalah.
3.Menentukan tujuan sistem.
4.Mengidentifikasi kendala – kendala sistem.
5.Membuat studi kelayakan ; tinjauan sekilas pada faktor – faktor utama yang akan mempengaruhi kemampuan sistem untuk mencapai tujuan – tujuan yang diinginkan.
6.Mempersiapkan usulan penelitian sistem.
7.Menyetujui atau menolak penelitian proyek.
8.Menetapkan mekanisme pengendalian.
Fase Analisis:
1.Penelitian sistem.
2.Mengorganisasikan tim proyek.
3.Mendefinisikan kebutuhan informasi.
4.Mendefinisikan kriteria kinerja sistem.
5.Menyiapkan usulan rancangan.
6.Menyetujui / menolak rancangan proyek.
Fase Rancangan :
1.Menyiapkan rancangan sistem yang terinci.
2.Mengidentifikasikan berbagai alternatif konfigurasi sistem.
3.Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem.
4.Memilih konfigurasi yang terbaik.
5.Menyiapkan usulan penerapan.
6.Menyetujui / menolak penerapan sistem.
Fase Implementasi :
1.Merencanakan penerapan.
2.Mengumumkan penerapan.
3.Mendapatkan sumber daya hardware.
4.Mendapatkan sumber daya software.
5.Menyiapkan database.
6.Menyiapkan fasilitas fisik.
7.Mendidik peserta dan user.
8.Masuk ke sistem baru.
Fase Implementasi :
1.Menggunakan sistem.
2.Audit sistem.
3.Memelihara sistem, dilakukan untuk 3 alasan :
* Menjaga kemutakhiran sistem.
* Meningkatkan kinerja sistem.
* Memperbaiki kesalahan.
5.3 PROTOTYPING
Yaitu memberikan ide bagi user potensial maupun designer sistem tentang cara sistem akan berfungsi dalam bentuk lengkapnya.
Jenis – jenis Prototype :
1. Jenis I , akan menjadi sistem opersional.
Langkah – langkahnya :
* Mengidentifikasi kebutuhan user.
* Mengembangkan prototype.
* Menentukan apakah prototype dapat diterima.
* Menggunakan prototype.
2. Jenis II , langkah – langkahnya :
* Mengadakan sistem operasional.
* Menguji sistem operasional.
* Menentukan jika sistem operasional dapat diterima.
* Menggunakan sistem operasional.
Daya Tarik Prototype :
1. Spesialis informasi & user dapat menghemat waktu & usaha dalam mengembangkan sistem.
2. Memperbaiki komunikasi antar analis sistem dan user.
3. Penerapan menjadi lebih mudah karna user mengetahui apa yang diharapkan.
4. User berperan lebih aktif dalam pengembangan sistem.
5. Analis sistem dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan user.
Kelemahan Prototype :
1. Hubungan komputer dengan manusia yang disediakan oleh peralatan prototype tertentu mungkin tidak mencerminkan teknik perancangan sistem yang baik.
2. Prototype jenis I mungkin tidak se-efisien sistem yang dikodekan dalam bahasa pemrograman.
3. Ketergesaan untuk menghasilkan prototype mungkin menghasilkan jalan pintas dalam mendefinisikan masalah, evaluasi alternatif dan dokumentasi.
4. User begitu tertarik dengan prototype sehingga mereka mengharapkan sesuatu yang tidak realistis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar